Peristiwa meledaknya pesawat Challenger, pesawat luar angkasa yang diluncurkan NASA dalam misi penerbangan ke luar angkasa, pada 28 Januari 1986, mungkin merupakan suatu titik besar dalam sejarah NASA, dimana event peluncuran Challenger ditonton masyarakat dari seluruh dunia, dan juga misi ketika pertama kalinya seorang guru, Christa McAuliffe, ikut meluncur ke luar angkasa.
Challenger mengalami banyak penundaan peluncuran sebelum akhirnya dilucurkan, dan terjadi kecelakaan. Tanggal peluncuran pertama tertunda karena perkiraan akan ada angin dingin yang mendekat ke daerah peluncuran, Kennedy Space Center, Florida dan menunggu wakil presiden George W Bush. Peluncuran selajutnya batal karena kerusakan tombol penyaa mikro pada ekanisme pengunci pintu (komponen yang rusak ternyata harganya hanya 5 dollar amerika. OMG!) dan ketika masalah ini terselesaikan, angin telah berubah arah dan mengagalkan peluncuran Challenger.
Lantaran masalah suhu dingin, NASA meninjau kembali kemampuan pesawat untuk diluncurkan pada suhu rendah. Alan McDonald, direktur proyek Motor Roket Padat Thiokol (Thiokol adalah pemenang kontrak NASA untuk merancang dan membuat mesin pendorong berbahan bakar padat untuk pesawat luar angkasa) memperingatkan tentang masalah yang mungkin dialami Challenger dalam suhu rendah.
Roger Boisjoly dan Arnie Thompson, dua insinyur yang mengerjakkan rancangan mesin pendorong berbahan bakar padat, telah memberikan presentasi dihadapan manajemen Kennedy Space Centre mengenai masalah rotasi sambungan dan penjepitan sambungan pada cincin O.
Cincin O merupakan satu mekanisme sederhana untuk mempersatukan silinder-silinder mesin pendorong. Cincin O akan menjepit field joints. Selama 24 peluncuran sebelum Challenger, di udara, cincin O megalami erosi yang cukup mengerikan yang memungkinkan sambungan terbuka dan api menjalar ke mana-mana. Namun, masalah ini tidaklah terlau besar karena bagian pendorong berbahan bakar padat hanya di gunakan selama beberapa menit pertama, selanjutnya bagian ini akan terlepas dan pembakaran di alihkan pada pendorong berbahan bakar cair.
Permasalahan timbul ketika insinyur Thiokol yakin bahwa cuaca dingin akan mempengaruhi kekuatan penjepit cincin O. Suhu terendah suatu pesawat luar angkasa pernah diluncurkan adalah 53 derajat Farenheit, dan pada waktu perencanaan peuncuran Challenger, suhu mencapai 29 derajat Farenheit. Pada rancangannnya, diperkirakan cincin O akan bekerja dengan baik pada batas suhu 31 derajat Farenheit.
Larry Mulloy, manajer proyek pendorong padat, pegawai NASA, menunjukkan data tersebut bukan kesimpulan dan menolak usul dari insinyur Thiokol. Orang dari Marshall, pengurus pendorong roket tenaga padat, juga tidak menyetujui rekomendasi dari insinyur Thiokol.
Boisjoly dan insinyur Thiokol kembali memberikan peringatan untuk tidak meluncurkan Challenger.
Yang akhirnya membuat para insinyur ini kalah adalah bahwa selama ini belum ada data yang tepat yang menunjukkan suhu berpengaruh terhadap cincin O. Dan akhirnya di putuskan tidak akan ada masalah dengnan peluncuran pada suhu rendah. Setelah melalui banyak diskusi, Jerald Mason, manajer senior Thiokol, memandang Lund, wakil presiden insiyur Thiokol, dan berkata, "Lepaskan topi insinyurmu dan pakailah topi manajemenmu."
Pada hari peluncuran Challenger, suhu berubah tiba-tiba, dan turun hingga 8 derajat Farenheit *silahkan scroll ke atas lagi untuk melihat batas suhu yang aman dari insinyur Thiokol*, namun Challenger tetap diluncurkan.
Saat Challenger diluncurkan, belakangan melalui rekaman NASA, terlihat gumpalan asap hitam kecil yang tidak seharusnya. asap ini diperkirakan disebabkan field joint yang terkena tekanan pengembangan silinder baja. namun, cuaca dingin ternyata membuat cincin O tidak menekan sambungan dan tidak terpasang serta berfungsi secara sebagaiman seharusnya. Field joint lantas tertutup semacam oksida bening hasil pembakaran yang memperburuk gaya gesekan dan menyebabkan sambungan terbuka. Lalu, api dari mesin bahan bakar padat merambat serta membakar tangki bahan bakar cair dan membuat Challenger menjadi bola api, 73-detik setelah diluncurkan.
Belakangan Richard Feynman, anggota komisi pemerintah untuk menyelidiki kasus ini, juga seorang pemenang Nobel Fisika, menunjukkan dengan jelas kepada seluruh negeri dengan sampel cincin O, masalah yang terjadi. Feynman memperlihatkan dengan jelas dengan menekuk sampel cincin O, lalu ia mencelupkan sampel cincin O ke dala air es dan menekuknya lagi, dan saat itu terbukti bahwa kelenturan cincin O sangat berkurang pada suhu rendah. sebuah demonstrasi yang sangat jelas mengenai apa yang terjadi pada Challenger.
Tidak ada yang ingin Challenger meledak. Kegagalan ini sangan memukul presiden Ronald Reagan. Pencarian puing Challenger menjadi pencarian bawah laut terbesar hingga saat ini, pada saat meluncur ke laut, diperkirakan kecepatan puing 200 km per jam. 50% puing Challenger di temukan, tersebar dalam radius 500 km. Begitu pula dengan jasad ketujuh astronot di dalamnya yang ditemukan sebulan setelah kecelakaan Challenger. Dalam mekanisme awalnya (yang sekarang telah diganti sejak kejadian Challenger) para awak kapal akan 'terkunci' dalam suatu mekanisme pesawat dan tidak akan mampu melepaskan diri hingga pesawat mengorbit. Ditemukan empat dari tujuh astronot telah mengidupkan sistem pengaman panas dan mengkatifkan suplai cadangan udara dalam baju mereka.
ini merupakan kejadian akibat kelalaian bagian beberapa engenering yang melakukan kesalahan pada cincin o yang dapat menahan panas, dari kejadian ini kita dapat mempelajari dari kesalahan para engenering agar tdk terulang lagi kejadian yang sama.
Rabu, 02 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar